Indahnya Nias Perginya Dengan Garuda

Rumah adat suku nias pada Paket Pergi Umroh Dengan Pesawat Garuda dasarnya berbentuk oval dan terbuat dari kayu-kayu pilihan; kayu Kefini dan Berua (kayu kuat endemik pulau nias) yang berasal dari Hutan-hutan di kepulauan Nias. Bangunan dibangun secara Knock Down ‘tanpa paku’ dengan 6 (enam) tiang utama di pasang pada tiap jenis rumah yakni 2 (dua) tiang disebut Simalambuo merupakan kayu bulat yang berada di bagian tengah rumah dibuat tinggi menjulang dari dasar hingga ke puncak rumah. sedangkan 4 (empat) tiang; 2 (dua) tiangnya disebut Manaba, pohon berkayu keras dipahat empat persegi berada di tengah rumah, serta 2 (dua) lainnya di dalam kamar utama. Anehnya pada bangunan ini terbukti Tahan Gempa. Baziduhu menuturkan bahwa daerah Kabupaten Nias juga memiliki batu megalitikum, yang tidak dimiliki oleh daerah lain di Indonesia. Bahkan, memiliki sejarah dan telah berusia ratusan tahun. Batu Megalit di Lahemo, menurut legenda yang berkembang ditengah-tengah masyarakat, situs batu megalit yang berada di Desa Lahemo, Kecamatan Gidö, ini merupakan batu peninggalan keluarga Tuada Ho (berasal dari Gomo).

 

Air Terjun Baho Hou, air terjun ini, berasal dari Paket Pergi Umroh Dengan Pesawat Garuda hulu Sungai Hou yang memiliki 5 tingkatan. Mempunyai struktur yang sangat unik, batu cadasnya merupakan proses alami dan telah membentuk guratan-guratan panjang berpola di sepanjang dinding air terjun. Sehingga membuat pengunjung takjub dan terpesona. Selain dijadikan sebagai obyek wisata, dari kekuatan deras air terjun ini, dapat dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Namun, sampai saat ini, perhatian untuk itu, belum ada. Air terjun Baho Hou , berada di Desa Sifaoroasi Uluhou Kecamatan Bawolato. Pengunjung tidak merasa kebingungan karena dapat ditempuh kendaraan roda dua dan empat  yang berjarak kira-kira 36 kilometer dari Bandara Udara Binaka, sekitar 55 km dari Kota Gunungsitoli. Air Terjun Mo’ambölö, berada di Desa Hiliwarökha, Kecamatan Bawölato, yang hanya berjarak sekitar 47 km dari Kota Gunungsitoli. Air terjun Mo’ambölö, menurut masyarakat sekitar, dulunya merupakan tempat pemandian khusus putri-putri raja di daerah itu. Keunikan lainnya, airnya bukan bersumber dari sungai melainkan berasal dari mata air yang terletak di bagian atas air terjun. Suasana alami yang sejuk menyegarkan jiwa bagi pengunjung.

 

Menurut penuturan Baziduhu Zebua, Tuada (Kakek kita) Ho memiliki dua orang istri, yang pertama adalah Aweda (Nenek kita) Nandrua memiliki anak, yaitu Waruwu, Halawa, sekarang menjadi marga Halawa dan Dakhi, sedangkan anak keduanya,  Gulö dan Ndraha. Sementara  istri kedua Ho bernama Sa’usö Lama, atau putri dari Gea, memiliki putra, yaitu Tumba Laoya. Dari sejarah, kata Baziduhu, Tumba Laoya memiliki anak bernama,  Lukhu Toli, sekarang bermarga Harefa, Lukhu Mbanua atau Telaumbanua, Lukhu Hada bermarga Mendröfa, Lukhu Bongi  adalah Laoli,  Lukhu Zendratö tetap bermarga Zendratö, Lukhu Baene, sekarang bermarga Zalukhu, dan Lukhu Lase bermarga Lase. Sementara ada dua anaknya yang tidak memilki Paket Pergi Umroh Dengan Pesawat Garuda  keturunan, yaitu Lukhu Fakhe dan Lukhu Manu. Dari sejumlah batu megalit tersebut juga terdapat berbagai bentuk  yang sangat unik, yaitu batu megalit Saita Gari Tuada Ho. Ada tempat sangkutan pedang Tuada Ho yang berukuran cukup besar. Dan, terdiri dari dua buah lempengan batu. Di mana Tuada Ho menyangkutkan pedangnya yang cukup besar di celah tersebut. Kemudian, terdapat batu  besar yang ada di tanah, dan di atasnya terdapat bekas atau jejak telapak kaki Tuada Ho. Lokasi situs bersejarah ini berada  sekitar 32 kilometer dari Kota Gunungsitoli. Pengunjung dapat menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat, jalannya dan tidak ada gangguan.

This entry was posted in Uncategorized and tagged . Bookmark the permalink.

Leave a comment